Jumat, 29 Oktober 2010 |
0
komentar
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan,
seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini
adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal
penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah
kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan
penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat
apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi
oleh “berhala-berhala” yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki
wujud “berhala” yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia
zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan
buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang
memusnahkan segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah
Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka
terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini
muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya
semakin
terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang
biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang
haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha
bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut
sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12
Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan
semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang
selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya
di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung
dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui
rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan
Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat
dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam
AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang
teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang
dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan
peristiwa padamnya api “abadi” di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan
batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan
Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya
sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh
burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah),
karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi
kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar
biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah,
kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan
keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya
untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya” ke dalam rahim Aminah,
Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi
manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan
kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat.
Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya
ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia
amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari
rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya
begitu berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia
tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang
suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan
hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan
tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang
wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya
dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita
tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam
mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam
rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia
baik – baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini
Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita
ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda
Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad
dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi
hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan
kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah
kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan
keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi
selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai
seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu
kehidupannya untuk menjadi “gembala” domba yang lebih besar, inilah
pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini
penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang
berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya
kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada
penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi
pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.” Orang
bertanya kepada Nabi,” Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?” Beliau
menjawab,” Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang
Mekah di daerah Qararit.”
Sang bintang terlahir bukan dari
kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai
seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai
tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah
kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan
naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke
jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi
keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan
kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya
dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur” (al-Amin), ia menjadi salah
seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan
dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain.
Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak,
kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun,
laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali
ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan
Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu
mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah,
berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah
mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan
keuntungan besar yang kita dapatkan.” Nabi tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak
Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal
menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran
jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan
“Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang
pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang
seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang
duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah
saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang
didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari
Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah
nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang,
apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki
kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!” Apakah anda
akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada
kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?” Nabi menjawab,”Apa
maksud Anda?” Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,” Apakah
Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat
dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya
(‘Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan
upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan”.
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini
kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun
diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato,
mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia
berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama
daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan
adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah
permanen”.
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan
mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan
Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.” Upacara pun
dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan
dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia
mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari
perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim,
dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang
putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai
menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah.
Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding
ka’bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun
Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang
mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia
merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi
ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka
pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka
semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat
pembangunan kembali ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai
berikut, “Dalam pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah
kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat
cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan
untuk tujuan ini.” Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan
mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal,
tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi di
zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui
tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang
salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu
walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah,
ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu,
tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap
ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku
merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan
yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan
konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya
seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah
Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,”Terimalah
sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.” (buku lain
mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba
Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad,
al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu,
Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar
Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap
orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika
Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada
tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil
mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa
berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat
konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia
tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada
bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab
suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia
sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak
setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep
benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah
dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai
manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi
Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya
secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan
Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam
terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya
yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan
segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya
seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya
tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai
kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa
menyangkut “sahabat karib”-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu
tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,” disinilah dulu anak
Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia
diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan,
wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia)
yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat,
dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku
sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat
Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk
menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.
Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah
membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui
kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus
tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara
apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan
semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya
secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’.
Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk
memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan
membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang
dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari
[manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”.
Ayat ini dengan tegas menyatakan
tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa
fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia,
ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia
adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat
manusia memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai
kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan
ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah
berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang
miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya
menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju
rumah “Khodijah”. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam
di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian
ini, Jibril menyapanya,”Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku
Jibril”. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara
berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita,
Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama
yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan
dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh
keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,” Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak
pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada
sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya
kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai
kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur,
Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal
Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan
neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). “Lalu beliau
menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk
kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan
kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda
sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi
saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?”.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini,
kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia lima belas
tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan
mantap,” Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya
duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut
kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu
berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,” Pemuda ini adalah saudara,
washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan
ikuti dia”.
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di
hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini
berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada
masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu
juga. Ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah
merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme
spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana
orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan
keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian
sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa
menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu
ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi
telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para
sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum
kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy.
Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam
berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang
terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum
Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk
bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu
Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,” Wahai Abu Tholib! Muhammad
mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara
kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia
melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan
harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap
menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya.
Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib
ahli untuk merawatnya…”.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya
berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti
mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.” Nabi
menjawab,” Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan
dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya,
yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan
bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.” Abu Jahal bangkit sambil berkata,
“ Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.” Nabi menjawab,” Kalian
harus mengakui keesaan Tuhan.” Kata-kata tak terduga dari Nabi ini
laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran,
kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,” Haruskah kita
mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?”
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu
Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus
memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut,
kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka
kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan
orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan
pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan
tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu
hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama
yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang
diada-adakan.”
Banyak sekali contoh penganiayaan dan
penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru.
Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu
menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret
beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena
takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan
prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan
dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan –
pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy
menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka
berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam.
Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi
menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan
tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih,
dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal
untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti
Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi
Gila, larangan mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam,
sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan
menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun
yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’
Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling
berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum
yang melampaui batas.”
Kaum Quraisy pun gagal melakukan
berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi
orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan
Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita
dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu
Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa
serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu
selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir.
Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari
pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat
berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi
teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat.
Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia
telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya
meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari
blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian. Pada
tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami
kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga
pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka
tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul
yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih
sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya.
Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi
sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada
ayahandanya,” Ayah, kemana Ibu?” Kalau sudah begini, tangisnya pecah,
air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan
betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu
Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya
Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib,
merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib
bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul
Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim
pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan
segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah
akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan
masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat
menuntut balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh,
mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti
ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi
tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian
itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang
kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang
mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia
bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu
berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah
adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang
rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi ‘Ali. Kepadanya Nabi
berkata,”Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda
dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah
bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. ‘Ali
menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat,
empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah.
Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa
orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah
besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera
berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang
menimbulkan suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal
dan menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,”Apa yang
terjadi ?” Mereka menjawab,”Kami mencari Muhammad. Di mana dia?” ’Ali
berkata,” Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus
menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada
di rumah.” Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul
Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah
Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di
situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera
berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali. Orang
Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah
Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin
Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan
dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata
“Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah,
majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang
merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan
berbalik pulang.” Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya berdarah,
dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan kaki.
Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau.
Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali
membengkak, air mata Nabi menetes”.
Penduduk Yastrib – yang kemudian
berganti menjadi nama Madinah – menyambut kedatangan Nabi. Mereka
mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini.
Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan.
Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat
setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya,
islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum
Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun
ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap
perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral
kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang
membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah tampil
menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada
Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya
gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari
Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan
saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan
lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji
dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada
perang Khandaq (parit) – disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin
‘Abdiwad itu,” Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik
para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar
itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan
terhina”.
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat
kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan
benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan,
karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan
benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang
luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas
pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu
dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi,” Dimanakah ‘Ali? “
Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan sedang
beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda,” Panggil dia.” ‘Ali
diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi.” Pernyataan
ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu
berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya.
Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya.
Nabi memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu
terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip
kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui jalur
khusus,” Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai
perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada
parit yang digali kaum Yahudi.” Seseorang bertanya kepadanya,” Apakah
Anda merasakan beratnya?” ‘Ali menjawab,” Saya merasakannya sama berat
dengan perisai saya.” Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain
peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga
peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi
dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah
di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang
berada di dalam kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap
pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah
menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur
cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun
orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian
Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera
mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang
belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah
lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya
adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju
arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah
10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam
hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan
Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah
untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan
Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah… Membisu di depan Nabi dan
pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan
Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim
yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu
berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri
tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf,
menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang
tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir
Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka,
namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan
kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata “…
Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!”
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah
membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang
sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa
depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah
henti, ia tak pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak
pernah menyerah. Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa
untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada
beberapa peperangan besar berlanjut – semasa hidup Nabi – yaitu Hunain,
Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini,
sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk
bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh
untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh
yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari
Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan
Nas, mau kemana kalian ?” Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan!
Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai
orang-orang yang berbaiat di bawah pohon…! orang-orang Madinah yang
gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat
ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di
tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum
kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut
panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik… Kami datang, kami datang…!”
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah
agungnya telah selesai, dan kini – tidak bisa – tidak di harus melihat
pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali
pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di
bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama
Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut
didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang
berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan
perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang
dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi
Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai
bergerak… seluruh padang terisi gema suara mereka yang
mengucapkan,”Labbaik, Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka, ! Aku
datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu…”
Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka
bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang,
laki-laki dan perempuan – dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan
di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang – bergerak
menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu
warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua
yang terbelenggu dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia
adalah tukang cerita yang membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan
Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak
bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan
berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula.
Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar
bahwa “penguasa” itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika
dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4
Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad.
Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya,
kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari
itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas
kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang.
Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya,
Rosulullah berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini ?”
Mereka serentak menjawab,”Bulan Haram!” …..
…”Ayyuhan Nas, camkan baik-baik
perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu
dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya…
Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga
kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini.
Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang
amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa
yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang
yang berhak menerimanya…..”
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari
Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat
berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan
pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya,
miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya
adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya,
dan sekarang beliau berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya
berkata kepada putrinya dengan suara pelan “Muhammad tidak lain
hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke
belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak akan
mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
0 komentar:
Posting Komentar